www.podcastnews.id
The Best Place for Podcast

Marcelino Buktikan Tak Sekadar Pendongkrak Follower Klub

0

PODCASTNEWS.ID – Marcelino Ferdinand berpeluang segera menjalani debutnya di Eropa setelah resmi  dikontrak KMSK Deinze, klub asal Belgia dengan durasi satu setengah tahun.

Pencinta sepakbola tanah air berharap KMSK Deinze kali ini sungguh-sungguh memanfaatkan dan mengoptimalkan skil dan kemampuan sepakbola Marcelino. Tentu dengan memberi kesempatan bermain yang sebanyak-banyaknya.

Kalimat memanfaatkan dan mengoptimalkan skil sepakbola Marcelina, memang perlu ditekankan kepada klub barunya. Hal ini bukan tanpa alasan. Pencinta sepakbola tanah air saat ini telah menyadari betapa fanatisme mereka sering dimanfaatkan klub klub asing dengan tujuan mendongkrak fanbase atau follower sebuah klub sepakbola.

Memang menjadi fenomena, setiap kali klub asing mengontrak pemain Indonesia, maka dipastikan akun resmi klub tersebut mengalami lonjakan follower dengan sangat signifikan. Kita tentu masih ingat ketika Egi Maulana Fikri dikontrak Lechia Gdansk tiga tahun lalu. klub asal Polandia itu awalnya dianggap jeli

Kabar tersebut membuat masyarakat Indonesia euforia dan secara masih memberi dampak signifikan bagi klub dalam waktu singkat. Bayangkan saja, akun Lechia yang kala itu hanya memiliki 32 ribu followers, melonjak drastis berkali kali lipat menjadi 205 ribu follower, atau naik 662 persen.

Fenomena ini seolah menjadi titik awal klub klub eropa maupun asia mulai keranjingan menawarkan kontrak profesional kepada para pemain Indonesia. Klub asing paham betul bagaimana cara mengeksploitasi masyarakat Indonesia untuk kepentingan bisnis. Mereka sadar, fanatisme rakyat indonesia terhadap kemajuan sepakbola tanah air begitu tinggi.

Tak ayal, nama-nama lain segera menyusul Egy. Sebut saja Asnawi Mangkualam, dikontrak klib asal Korea Ansan Greeners dan kini merumput bersama Jeonnam Dragons. Begitu pula striker masa depan Bagus Kafi dikontrak Jong Ultrec, klub asal Belanda. Namun Bagus telah hijrah dan saat ini bergabung dengan klub Yunani Asteras Tripolis FC.

Lonjakan Follower

Nama lainnya, Brylian Aldama dikontrak NK Pomorac 1921 (Kroasia), Khairul Imam Zakiri dikontrak CP Villarrobledo (Spanyol), serta banyak nama lainnya, termasuk Witan Sulaiman yang sempat bermain di kasta teratas Liga Serbia bersama  Radnik Surdulica, sebelum akhirnya hijrah ke Lechia Gdansk.

Tak hanya di eropa, kontrak profesional juga ditawarkan oleh kub klub Asia. Contohnya Arhan Pratama. Ia dikontrak oleh satu klub elite Jepang, Tokyo Verdy. Dari keseluruhan nama-nama yang disebut di atas, bisa dipastikan klub mereka mengalami lonjakan follower yang sangat besar.

Salah satu contohnya, transfer Pratama Arhan ternya meningkatkan popularitas Tokyo Verdy terbang ke langit. Sebelum Arhan Pratama bergabung, Verdy hanya memiliki sekitar 30.900 follower. Padahal Tokyo Verdy mantan penguasa liga Jepang di awal 1990 an.

Hanya dua hari pascapengumuman bergabungnya Arhan Pratama, follower Verdy melesat menjadi 289 ribu atau meningkat 800 persen. Tahukah anda, lonjakan follower itu memberi dampak signifikan bagi klub. Yakni popularitas dan keuntungan finansial, minimal dari penjualan jersi.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Pribahasa ini justru sangat identik dengan situasi yang dialami oleh para pesepakbola Indonesia yang merumput di luar negeri.

Egy CS ternyata digunakan hanya sebatas pendongkrak akun sosial media klub. Menit bermain yang ditunggu tunggu sangat minim diberikan, bahkan seringkali hanya menjafi penonton di pinggir lapangan.

Fanatisme Sosok

Namun yang kemudian disadari oleh klub adalah fakta fanatisme rakyat Indonesia ternyata bukan kepada klub, melainkan sosok pemain. Karena alasan itu pula, sering kali kali klub yang ditinggal pergi pesepakbola Indonesia, serta merta klub tersebut diabaikan masyarakat kita. Mereka secara masif unfollow ukun sosial media klub.

Sebagai catatan, sejarah kontrak profesional pesepakbola indonesia di luar negeri dimulai oleh Iswadi Idris. Legenda tim nasional Indonesia tersebut dilirik oleh Mike Laing yang saat itu menjabat sebagai pelatih Western Suburbs Club (WSC), salah satu klub asal Australia.

Kabarnya, Mike Laing tertarik pada Iswadi sejak ia mengikuti Kualifikasi Piala Dunia 1974 di Australia. Sayangnya, di klub barunya Iswadi tidak bisa beradaptasi dan bertahan semusim saja, yaitu pada 1974 hingga 1975.

Yang tak boleh dilupakan adalah nama Ricky Yacobi. Ketajamannya di SEA Games 1987 mengantar striker Arseto Solo itu ke Liga Jepang. Benang merah dari kegagalan pesepakbola Indonesia di luar negeri, tak adil rasanya jika hanya menuding satu pihak sebagai penyebab.

Riky Yakobi dan Egy Maulana fikri berasal dari  dua generasi berbeda dengan tantangannya masing-masing. Namun, ada satu hal fundamental yang harus dimaknai sama, yakni tuntutan totalitas dalam memanfaatkan kesempatan.

Tampaknya hal itu menjadi batu sandungan pesepakbola Indonesia hingga saat ini. Riky Yakobi pulang kandang, begitu pula Egy dan Witan. Semoga Marcelino dan nama-nama lainnya memiliki perjalanan sepakbola lebih baik yang akan dikisahkan dalam waktu dekat atau masa yang akan datang.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.