Gawat!!! Sirkuit Mandalika Bisa Jadi Hambalang Kedua
PODCASTNEWS.ID – Anggota Komisi VI DPR RI Evita Nursanty mempertanyakan kelanjutan program Sirkuit Mandalika yang hanya dipakai setahun dua kali untuk menggelar event-event balap internasional. “Yang pertama adalah catatan saya mengenai sirkuit Mandalika.
Kita ke depannya ini Pak Dirut, harus memastikan agar sirkuit Mandalika itu, kita harus meningkatkan event-event. Jadi, event itu tidak hanya pada bulan Maret dan bulan Oktober,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI dengan Dirut PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (IFG) dan PT. Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (14/6/2023).
Peningkatan sejumlah event di Mandalika ini diperlukan karena Mandalika ini merupakan investasi jangka panjang, sementara kontrak penyelenggaraan dengan MotoGP sendiri hanya sampai 10 tahun. Sehingga, ia menilai perlu adanya rencana ke depan setelah 10 tahun ini seperti apa agar sirkuit Mandalika ini nantinya tidak seperti terlantar seperti proyek Hambalang.
Kemudian, Evita juga menyampaikan catatan berikutnya yakni mengenai pariwisata. Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu menyoroti mengenai peningkatan jumlah kunjungan pariwisata di Indonesia yang belum kembali ke dalam kondisi normal seperti sebelum pandemi. Sehingga perlu ada inovasi-inovasi baru yang harus dilakukan oleh InJourney agar dapat meningkatkan kunjungan pariwisata Indonesia.
Tancap Gas
“Kalau kita lihat negara tetangga kita mereka sudah kembali (pulih pariwisata), Pak. Bayangkan Thailand itu tahun 2022 mereka itu sudah kedatangan 11 juta Wisman, Malaysia 10 juta, Singapura 6,3 juta. Sementara kita perkembangan kita belum begitu banyak. Oleh karena itu, InJourney nggak bisa santai-santai dalam hal ini, Pak Dirut harus tancap gas nih, Pak. Bagaimana kita juga tidak kalah dengan negara-negara tetangga kita dalam mendatangkan wisatawan-wisatawan yang ada,” tuturnya.
Terkait optimalisasi pariwisata, Legislator dapil Jawa Tengah III itu juga meminta Injourney untuk mengoptimalkan situs yang dimiliki InJourney. Yaitu dengan cara memberikan fasilitas yang dapat diakses dengan berbagai Bahasa Internasional agar wisatawan asing dapat memperoleh informasi di situs InJourney dengan jelas.
Serta InJourney, sebagai holding BUMN Pariwisata, juga perlu melakukan cross selling. “Website InJourney ini tidak link ke HIG, tidak link ke ITDC, tidak link ke Angkasa Pura, kepada perusahaan-perusahaan di bawah Bapak. Harusnya ketika buka perusahaan InJourney, mereka bisa lihat informasi mengenai hotel di Indonesia, mereka bisa lihat informasi mengenai TWC dan lain-lain.
Harus dilakukan, itulah gunanya holding. Kalau nggak untuk apa ada holding? untuk sinergitas di dalam marketing, kan gitu Pak,” pungkasnya.